SENI KETHEK OGLENG DAN STATUS
Dikutip dari buku Seni Kethek Ogleng Pacitan Warisan Leluhur dan Segenap Dimensinya halaman 3-4
Penulis: Sukisno
Editor: Bakti Sutopo, Agoes Hendriyanto
Penulis: Sukisno
Editor: Bakti Sutopo, Agoes Hendriyanto
Tiga Serangkai Pemerhati Tari Kethek Ogleng |
Seni
Kethek Ogleng adalah merupakan kesenian rakyat, sebuah seni yang kemunculanya
masih sangat muda di banding seni-seni lain di jawa, memasuki tahun 2014 seni
kethek ogleng menginjak usia 51 tahun
terhitung sejak pertama kali di
perkenalkan di depan publik pada tahun
1963, meski relatif muda, namun
popularitasnya sudah mampu menjelajah seluruh jawa, tetapi
hingga saat ini status seni kethek ogleng ternyata masih
membingungkan masyarakat penggemarnya,
ada yang berpendapat seni Kethek Ogleng berasal dari daerah lain, dan ada pula yang meyakini berasal dari
Pacitan.
Pertanyaan itulah yang hingga saat ini belum terjawab dan membuat penasaran bagi para pecinta seni daerah. Sayang rasanya jika hal ini di biarkan terus menerus tanpa ada pihak yang tergugah untuk memberi solusi dengan mengupayakan jawaban yang tepat agar keberadaanya jelas siapa pemiliknya dan merasa berkewajiban menjaga kelestarianya.
Memang butuh banyak hal sebagai dasar memberi jawaban yang benar agar tidak terjadi pemahaman simpang siur dikalangan masyarakat, dan tidak cukup hanya dengan jawaban dari orang-orang yang pandai merangkai kata merekayasa meyakinkan publik, melainkan harus melakukan tindakan serius untuk menggali fakta di wilayah yang diyakini menjadi sumber. Memang butuh banyak dasar untuk memberi jawaban yang benar agar tidak terjadi pemahaman yang simpag siur di kalangan masyarakat.
Tidak cukup hanya jawaban dari orang yang pandai merangkai kata merekayasa publik, melainkan harus melakukan tindakan serius untuk menggali fakta yang diyakini sebagai sumber. Di Desa Tokawi tidaklah sulit untuk mendapatkan informasi terkait dengan segala peristiwa yang terjadi di tahun 1963 karena masih banyak warga kelahiran tahun 1945 hingga 1950 sekarang ini masih dalam kondisi sehat walafiat dan bisa menceritakan kejadian tahun 1963, termasuk Bapak Sutiman sendiri yang pada masa itu sangat erat kaitanya dengan keberadaan seni Kethek Ogleng di desa tokawi, sehingga tidak ada alasan sulit bagi pihak yang ingin membutuhkan informasi akurat tentang kebenaran asal usul seni kethek ogleng.
Pertanyaan itulah yang hingga saat ini belum terjawab dan membuat penasaran bagi para pecinta seni daerah. Sayang rasanya jika hal ini di biarkan terus menerus tanpa ada pihak yang tergugah untuk memberi solusi dengan mengupayakan jawaban yang tepat agar keberadaanya jelas siapa pemiliknya dan merasa berkewajiban menjaga kelestarianya.
Memang butuh banyak hal sebagai dasar memberi jawaban yang benar agar tidak terjadi pemahaman simpang siur dikalangan masyarakat, dan tidak cukup hanya dengan jawaban dari orang-orang yang pandai merangkai kata merekayasa meyakinkan publik, melainkan harus melakukan tindakan serius untuk menggali fakta di wilayah yang diyakini menjadi sumber. Memang butuh banyak dasar untuk memberi jawaban yang benar agar tidak terjadi pemahaman yang simpag siur di kalangan masyarakat.
Tidak cukup hanya jawaban dari orang yang pandai merangkai kata merekayasa publik, melainkan harus melakukan tindakan serius untuk menggali fakta yang diyakini sebagai sumber. Di Desa Tokawi tidaklah sulit untuk mendapatkan informasi terkait dengan segala peristiwa yang terjadi di tahun 1963 karena masih banyak warga kelahiran tahun 1945 hingga 1950 sekarang ini masih dalam kondisi sehat walafiat dan bisa menceritakan kejadian tahun 1963, termasuk Bapak Sutiman sendiri yang pada masa itu sangat erat kaitanya dengan keberadaan seni Kethek Ogleng di desa tokawi, sehingga tidak ada alasan sulit bagi pihak yang ingin membutuhkan informasi akurat tentang kebenaran asal usul seni kethek ogleng.
Komentar
Posting Komentar