KETHEK OGLENG PACITAN

Pacitan, 5 September 2018


Perjuangan pada awal tari Kethek Ogleng diperkenalkan kepada masyarakat desa Tokawi penuh dengan perjuangan.  Dikutip dari buku tari Kethek Ogleng Pacitan yang ditulis oleh bapak Sukisna dkk sebagai berikut:


 Lebih dari dua bulan sejak permintaanya bergabung ditolak, Bapak Sutiman kemudian mencoba lagi menemui pimpinan paguyuban dengan bekal dapat memenuhi syarat yang kurang. Sebagai kesiapan untuk melakukan itu, ia berusaha bertutur kata lebih baik dan serius agar dapat meyakinkan kepada sesepuh paguyuban Bapak Kromorejo.

Ia meyakinkan pada pimpinan kerawitan bahwa gerak tari idenya itu nanti akan dapat menjadi sebuah seni yang benar benar dikagumi masyarakat. “Saya mohon dengan sangat hormat, tolong penuhi keinginan saya, kasiani saya telah banyak waktu saya gunakan untuk menekuni latihan ini apa harus berakhir sia-sia jika terpaksa tidakmau membantu, karena keinginan ini adalah harapan hidup saya”.  Demikian itu ungkapan terakhir Sutiman agar permintaanya dipenuhi. Tampaknya sebaris kalimat Bapak Sutiman itu sangat mujarab dengan bukti permintaanya dikabulkan juga dengan syarat tidak ada niatan Bapak Sutiman untuk mendeskreditkan nama baik paguyuban.

Tentu saja Bapak Sutiman sangat setuju dan senang mendengar kesanggupan kerjasama antara kedua belah pihak. Bapak Sutiman memahami terjalinnya kerjasama tersebut sebagai bukti usahanya telah naik setingkat memasuki ambang pintu proses kedua yaitu berlatih perpaduan tari dan iringan musik gamelan. Bapak Sutiman sendiri sangat berat atas masukan pimpinan paguyuban karena jika harus mengikuti pendapat pimpinan paguyuban itu maka semua yang telah dirancang akan menjadi tidak jelas. Kondisi tersebut memaksa Bapak Sutiman harus rela dibentak seraya terus memberi penjelasan tentang arah tujuannya, yakni tujuan yang sesuai sebagaimana telah dipersiapkan sebelumnya dalam waktu yang cukup lama.

Pada akhirnya pihak paguyuban mengalah dan mengikuti keinginan Bapak Sutiman. Walaupun dengan konsekuensi yaga paguyuban kerawitan tidak mudah dalam mewujud not gending untuk menyempurnakan irama iringan seni baru yang belum pernah ada ini. Namun karena sebuah tuntutan, setelah dilakukan dengan serius dan kekompakan, hanya dua kali latihan meracik irama gamelan sudah mulai terasa enak didengar dan dirasakan adanya nilai-nilai seni yang dapat menarik perhatian masyarakat.


Memasuki jadwal latihan ke-3 sudah mulai melatih penyesuaian iringan dengan gerak tari. Ternyata irama gamelan yang digagas Sutiman mampu menimbulkan nada suara terdengar sangat meriah sehingga sempat membuat warga sekitar tertarik menyaksikan langsung di tempat latihan, tidak hanya anak kecil dan orang dewasa.  Mudah-mudahan Kethek Ogleng akan berkembang di Jaman Mileneal untuk berkiprah dalam dunia Global. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

32 HARI KETHEK OGLENG DI ISSEH

JALAN TAK SELAMANYA LURUS DAN MULUS