FASE PENGENALAN SENI KETHEK OGLENG DAN PROSES KOLABORASI DENGAN PAGUYUBAN SENI KERAWITAN

Setelah segala sesuatunya terancang dengan matang barulah Bapak Sutiman memulai misinya untuk membiasakan diri menjadi periang dan menghilangkan rasa malu di hadapan siapapun. 
      Menurutnya hanya dengan cara ini diharapkan bisa merubah kepribadianya menjadi percaya diri. Dengan berbekal keyakinan dan kebulatan tekat seakan tiada hari tanpa belajar meniru sifat kera. Peniruan tersebut dilakukan dengan penuh semangat serta pantang menyerah. Bahkan Bapak Sutiman sampai tak mengenal waktu dan tempat. Kapan dan dimanapun berada selalu melakukan acting tanpa menghiraukan teguran orang lain yang melihatnya. Hal itu sebagaimana tuturan narasumber sebagai berikut. “Sebelum orang lain tau kalau saya sedang belajar meniru perilaku kera, hampir setiap orang yang menganggap saya stres, tetapi saya tidak marah dan sakit hati,bagi saya itulah ujian membangun mental” ungkapnya.
     Setelah merasa yakin jika usahanya belajar acting gaya kera cukup dapat membuat orang lain senang, baru kemudian mengutarakan maksudnya kepada paguyuban seni kerawitan dengan harapan supaya paguyuban tersebut mau diajak berlatih bersama mengiringi gerak tarinya. Pada awalnya para anggota paguyuban tersebut menolak dan tidak percaya kalau ide Bapak Sutiman itu layak dipertontonkanBahkan paguyuban tersebut juga menyarankan agar mengurungkan niatnya karena khawatir hanya akan mencoreng nama baik paguyuban seni kerawitannya yang selama ini sudah terkenal di kalangan masyarakat luas.
     Dengan didasari semangat yang menggebu dan kebulatan tekad untuk mewujudkan keinginannya, sekalipun idenya belum diterima, tidak membuat Bapak Sutiman putus asa. Justru beliau terus berupaya mengembangkan pola pikir berupaya menghimpun wawasan berbagai bidang agar dapat bertutur kata dengan baik dan benar sehingga apa yang di ucapkan dapat mempengaruhi orang lain agar mereka segan dan mau mendengarnya. Bapak Sutiman percaya pada pepatah mengatakan ajining diri gumantung ing lathi.. Bapak Sutiman menyadari memang butuh waktu dan kesabaran untuk mendapatkan semua itu. Di samping berusaha untuk sering mendekati dan senang menyimak pembicaraan orang yang dianggap cakap dan berwawasan luas. Waktunya banyak dihabiskan untuk membaca buku bahasa serta ia mempelajari sastra agar dapat berbicara dengan baik untuk menjelaskan kepada setiap orang yang menanyakan alasannya mengarang seni. Bapak Sutiman menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, utamanya kepada pihak akan diajak kerja sama merintis agar memahami tujuan positifnya menciptakan sebuah seni baru ini pantas didukung dan tidak lagi menganggap mainan anak kecil yang sama sekali tidak punya tujuan. Bahkan ia berusaha meyakinkan pada orang yang menyebutnya keminter (sok tahu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

32 HARI KETHEK OGLENG DI ISSEH

JALAN TAK SELAMANYA LURUS DAN MULUS